Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, ada pola perkembangan yang bersifat umum dan ada yang bersifat individual. Pola perkembangan yang bersifat umum didasarkan atas hasil generalisasi pola perkembanan manusia pada umumnya. Pola perkembangan ini sangat besar manfaatnya bagi upaya penyusunan kurikulum sekolah bagi anak normal atau anak pada umumnya. Pola perkembangan individual berbeda-beda antara anak yang satu dengan anak lainnya. Pola perkembangan individual sanat bermanfaat bagi upaya penyusunan program pendidikan yang sesuai dengan laju perkembangan tiap anak.
Pola perkembangan umum atau pola perkembangan anak normal dapat dijadikan dasar untuk menentukan anak berkesulitan belajar. Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan belajar disebabkan oleh faktor kematangan. Bertolak dari pandangan semacam itu, mempercepat atau menghambat proses perkembangan dapat menimbulkan masalah belajar. Lingkungan sosial yang berupaya mempercepat proses perkembangan anak dapat menimbulkan kesulitan belajar, begitu pula dengan lingkungan sosial yang tidak memberikan stimulasi terhadap suatu fungsi yang telah matang untuk berkembang.
Bertolak dari aspek psikologi perkembangan, ada dua konsep yang perlu diperhatikan, yaitu kelambatan kematangan dan tahapan-tahapan perkembangan. Berdasarkan dua konsep tersebut, maka perlu dipahami implikasinya bagi upaya penanggulangan kesulitan belajar.
a. Kelambatan Kematangan
Ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan belajar dapat dipandang sebagai kelambatan kematangan fungsi neurologis tertentu. Menurut pandangan ini, tiap individu memiliki laju perkembangan yang berbeda-beda, baik dalam fungsi motorik, konitif, maupun efektif. Oleh karena itu, anak yang memperlihatkan gejala kesulitan belajar tidak selayaknya dipandang sebagai memiliki disfungsi neurologis tetapi sebagai perbedaan laju perkembangan berbagai fungsi tersebut. Konsep keterlambatan kematangan mengantarkan pada suatu pandangan bahwa banyak kesulitan belajar tercipta karena anak didorong atau dipaksa oleh lingkungan sosial untuk mencapai kinerja akademik sebelum mereka siap untuk itu. Menurut Lerner (1988: 169), pandangan keterlambatan kematangan didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Silver dan Hagin.
Hasil penelitian terhadap anak-anak yang diagnosis berkesulitan belajar membaca dan memperoleh pelayanan pendidikan khusus, beberapa tahun kemudian, setelah mereka berusia 16 hingga 24 tahun, banyak diantara mereka yang tidak memperlihatkan kesulitan dalam orientasi ruang, dalam membedakan bunyi-bunyi, dan dalam membedakan kiri-kanan, meskipun pada masa kanak-kanak mereka memperlihatkan adanya problema-problema tersebut. Melalui proses pematangan, beberapa dari berbagai problema tersebut menghilang, tetapi ada pula yang masih menetap.
Konsep kematangan mengemukakan bahwa penyebab utama kesulitan belajar adalah ketidakmatangan. Implikasi dari teori ini adalah bahwa anak-anak yang lebih muda dan kurang matang dalam suatu tingkat kelas di sekolah akan cenderung mengalami kesulitan belajar yang lebih berat daripada anak-anak yang lebih tua di kelas tersebut.
b. Tahapan-tahapan Perkembangan
Tahapan-tahapan perkembanan yan palin erat kaitannya dengan kesulitan belajar disekolah adalah tahapan-tahapan perkembangan kognitif. Piaget, sebagai tokoh peneliti perkembangan kognitif sesungguhnya tidak mengemukakan berdasarkan umur. Penahapan perkembangan kognitif yang didasarkan atas umur dilakukan oleh Ginsburg dan Opper (Dirgagunarsa, 1981; 123). Adapun tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut adalah (1) tahap sensorimotor (usia 0-2 tahun) (2) tahap praoperasional (usia 2-7 tahun) (3) tahap konkrit-operasional (usia 7-11 tahun) dan (4) tahap formal-operasional (usia 11 atai lebih).
Secara ringkas, pandangan kematangan didasarkan atas anggapan bahwa semua individu memiliki tahapan-tahapan perkembangan yang alami dan waktu kematangan berbagai keterampilan. Problema belajar pada anak mungkin hanya merupakan suatu keterlambatan dalam perkembangan dari proses tertentu. Ini merupakan hal yang pentin bagi orang yang bertanggungjawab menyediakan lingkungan pendidikan bagi anak untuk menyadari tahapan-tahapan kematangan dan kelambatan-kelambatan kematangan yang mungkin muncul.
c. Implikasi Teori Perkembangan bagi Kesulitan Belajar
Suatu implikasi penting dari pendekatan perkembangan kematangan adalah sekolah hendaknya merancang pengalaman belajar untuk mempertinggi kemantapan perkembangan alami. Dalam beberapa hal, lingkungan pendidikan mungkin lebih banyak menghalangi daripada membantu perkembangan anak. Jika sekolah membuat tuntutan intelektual yang melebihi tahapan perkembangan anak, kesulitan belajar mungkin akan terjadi. Tujuan penting dari sekolah seharusnya adalah untuk memperkuat landasan berpikir anak yang dapat menjadi landasan belajar berikutnya.
0 comments:
Post a Comment