Pages

Subscribe:
SELAMAT MEMBACA SEMOGA BERMANFAAT:)

Friday, October 25, 2013

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar


Berkesulitan belajar dapat ditinjau dari berbagai faktor yang berkontribusi terhadap kesulitan belajar meliputi:

1. Faktor Dari Dalam Diri Anak
Kondisi anak sangat mempengaruhi proses dan hasil belajar yang dicapai adapun kondisi tersebut meliputi:

a) Inteligensi
Inteligensi merupakan gambaran kapasitas kemampuan seseorang jika kapasitas kemampuannya kecil (inteligensi rendah) maka kemungkinan memperoleh kesulitan dalam pengajaran secara normal akan semakin terlihat, jadi semakin rendah inteligensinya maka akan semakin komplek kesulitan belajarnya bila diukur secara normal. 
Pada kelompok inteligensi rendah ini ada 2 kelompok yang perlu diperhatikan yaitu:

Lamban Belajar 
Untuk kelompok anak yang lamban belajar masih memungkinkan untuk belajar di SD umum dengan berbagai bantuan guru maupun temannnya akan dapat berhasil menyelesaikan SD.
Terbelakang Mental
Untuk kelompok yang terbelakang mental hampir dapat dipastikan bila dia tidak akan mampu menyelesaikan SD umum, tetapi perlu penanganan di sekolah khusus (PLB).

b) Fisik
Dengan adanya keterbatasan fisik pada anak akan mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Keterbatasan fisik ini meliputi sensory (penglihatan dan pendengaran), motorik serta ketidaksempurnaan anggota tubuhnya.

c) Emosi 
Dengan adanya ketidakstabilan maupun ganguan pada emosi anak akan mempengaruhi dalam perilaku dan sosialisasinya yang akan mengakibatkan adanya kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain. Manifestasi dari gangguan emosi ini dapat berupa perilaku nakal dan perusak, pendiam maupun hiperaktif. Dengan kondisi seperti ini akan mempengaruhi proses pembelajaran bagi individu tersebut.

d) Berkesulitan Belajar Spesifik 
Ada jenis kesulitan belajar yang khusus, anak hanya mengalami kesulitan pada mata pelajaran tertentu biasanya kelompok mata pelajaran yang serumpun. Dalam dunia kedokteran sering dikenal dengan anak disfungsi otak minimal (minimal brain dysfunction). Disini kondisi disfungsi sangat berbeda dengan luka ataupun kerusakan otak, pada DOM tidak terdapat kecacatan nyata hanya adanya gangguan yang tersamar. 
Bila ditinjau dari sudut inteligensi anak DOM memiliki kemampuan dari normal ke atas, jadi bukan anak yang bodoh tetapi dalam prestasinya tidak menunjukkan adanya kemampuan yang tinggi (underachiever) atau terdapat kesenjangan yang berarti antara inteligensi yang digambarkan dalam angka kecerdasan secara umum (IQ) dengan prestasi belajarnya. Namun demikian bukan berarti anak mempunyai inteligensi yang “normal” karena anak menunjukkan adanya perbedaan intra individual (perbedaan dalam diri individu) yang cukup berarti.
Berdasarkan informasi yang ada anak-anak berkesulitan belajar spesifik ini bila mendapatkan perhatian dan penanganan yang sesuai dengan kondisinya akan menunjukkan peningkatan prestasi yang luar biasa, bahkan banyak tokoh-tokoh dunia yang dulunya menderita seperti ini. Berdasarkan catatan anak yang berkesulitan belajar dari tahun-ketahun di USA angkanya selalu meningkat pada saat ini ada sekitar 5% dari anak usia sekolah di USA (DD Smith, 1992).

2. Faktor Dari Luar
Ada berbagai faktor dari luar diri anak yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar anak, adapun faktor tersebut antara lain:

a) Sosial dan Ekonomi
Tingkat SES yang rendah cenderung menghasilkan anak-anak yang berkesulitan belajar. Dengan rendahnya SES keluarga tentu saj akan mengakibatkan makin tidak terpenuhinya kebutuhan sehari-hari anak pada umumnya dan pada bidang pendidikan pada khususnya, adanya kondisi yang demikian juga akan berdampak secara psikologis bagi anak menjadi rendah diri.

b) Pola Hidup
Kecenderungan dewasa ini adalah kehidupan yang materialistik sehingga segala bentuk keberhasilan hanya diukur dengan tingkat ekonomi, pola hidup yang seperti ini biasanya dari orangtua “diturunkan” pada anaknya, sehingga kehendak orangtua yang menginginkan anaknya sukses, memaksakan anak untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstra yang berlebihan tanpa melihat dan mempertimbangkan kemampuan anak dengan alasan kompetisi hidup semakin ketat, bagi anak yang mempunyai kemampuan tinggi akan dapat menyesuaikan dengan baik, namun bagi anak yang mempunyai kemampuan normal sampai rendah berakibat “stress” yang akhirnya bukan meningkatkan prestasi atau bekal untuk kompetensi tetapi justru sebaliknya yaitu kegagalan.



Sumber: Purwanto, Heri.1998. Ortopedagogik Umum. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Yogyakarta

0 comments:

Post a Comment